Welcome to Alpha's blog ^__^ Semoga blog ini bisa memberikan inspirasi bagi banyak orang. Terima kasih. Tuhan memberkati... Artikel: Belajar Dari Kesalahan

Belajar Dari Kesalahan

Pada usia satu tahun, beri kesempatan anak untuk mencoba mengerjakan suatu pekerjaan secara dengan kemampuannya. Walaupun hasilnya belum sempurna, biarkan dia belajar dari kesalahannya.

" Mau pake ndiri," kata Jani (20 bulan) pada Mira (30 tahun). Jani mengambil sepatunya dan mencoba memakinya sendiri. Tentu saja, memasukkan kaki ke dalam sepatu bukan hal yang mudah buat Jani. Tak heran kalau Jani membutuhkan waktu cukup lama. Melihat kegagalan putrinya ini, Mira sungguh tak tega. "Sini-sini, Mama saja yang pakaikan, ya," kata Mira sambil meraih sepatu Jani yang belum satu pun berhasil ia kenakan.



Photo by Ai Shop, Model : Aurelia Callista (my girl ^^)


MEMBERI KESEMPATAN MENCOBA
Melatih anak mandiri memang bukan persoalan gampang. Sering kali orangtua bersikap ambivalen dalam menghadapi anak. Di satu pihak, ia menuntut anak menjadi anak mandiri, namun di sisi lain orangtua kurang konsisten untuk memberi kesempatan anaknya mencoba.

Padahal, menurut pakar psikologi perkembangan Supra Wimbarti, MSi PhD, dalam bukunya "Biarkan Anak Bicara", inti dari melatih anak mandiri adalah memberi kesempatan bagi si kecil untuk mencoba.

Menurut pengajar Universitas Gadjah Mada ini, orangtua acapkali terlalu protektif terhadap anak. Dengan alasan tidak tega, anak dilarang melakukan sesuatu meski sebenarnya dia mampu. Tertutupnya kesempatan semacam ini, menjadikan anak tidak punya kesempatan untuk belajar dari sebuah kesalahan.

"Untuk anak satu tahun misalnya, itu masa di mana anak sudah mulai berjalan. Berikan dia kesempatan untuk melakukannya meski terkadang memang jatuh. Tapi tidak apa-apa, karena dari kesalahan itu ia akan belajar," katanya.

Masalah lain dari orangtua yang sering menjadikan penghambat munculnya ketidakmandirian ialah kurangnya kebebasan bagi anak untuk mengembangkan pikirannya. Dalam banyak kasus, saat si kecil melakukan sebuah kesalahan, orangtua akan cenderung untuk mengkritik dan menyalahkan.

Sayangnya, penilaian benar dan salah oleh orangtua itu lebih menggunakan sudut pandang sendiri yang tentu saja belum berlaku bagi si kecil. Para orangtua kadang tidak sadar bahwa penilaian benar dan salah dari tidak selamanya sesuai dengan kondisi anak saat itu.

BENAR VERSI ORANGTUA
Dalam penelitiannya terhadap anak di Yogyakarta dan di Amerika, peranan orangtua dalam bermain ternyata sangat mempengaruhi bentuk kemandirian anak. Pada anak yang diberi kebebasan untuk mengembangkan pemikirannya, ternyata dia tumbuh menjadi lebih mandiri, khususnya dalam pemikirannya.

Salah satunya penelitian yang dilakukan adalah permainan balok. Ibu-ibu di Amerika lebih memberi kebebasan anak untuk membuat apapun dengan balok tersebut. Tetapi tidak demikian dengan ibu-ibu di Yogya, yang selalu menyuruh bahkan cenderung menggurui. "Ibu di Yogyakarta takut orang mengatakan anaknya membentuk bangunan yang salah. Padahal sebenarnya tidak ada yang benar dan salah dalam hal ini." kata Wimbarti.

Sikap yang selalu mengkritik dan menggurui seperti inilah yang sebenarnya awal dari munculnya perasaan tidak percaya diri pada si anak. Anak kemudian berkembang dengan jiwa menunggu perintah serta takut untuk melakukan kesalahan. Anak pada akhirnya muncul sebagai sosok yang tidak mampu menunjukkan kemandirian, meski sebenarnya sanggup melakukan sebuah pekerjaan.

Sikap bijaksana dari orangtua yang diperlukan dalam membentuk kemandirian anak. Orangtua juga tidak perlu bersikap terlalu menggurui. Berilah kebebasan bagi si kecil untuk menunjukkan segala keinginan dan pikirannya. Jangan memotong pikiran si kecil di tengah jalan, karena akan menjadikan anak tidak mandiri dalam berpikir. Persoalan bagi anak akan semakin rumit, saat gengsi orangtua ikut campur dalam perkembangan anak. Sebagian orangtua memaksa anak untuk dapat menjadi sok pintar, namun orangtua kemudian melupakan aspek lain pada anak.

MANDIRI SEJAK DINI
Si usia satu tahun sangat ingin mengerjakan sendiri. Beberapa aktivitas yang ingin dilakukannya sendiri antara lain berjalan, makan, minum dan berpakaian. Beri kesempatan pada si kecil untuk melakukannya sendiri walaupun hasilnya belum sempurna.

Begitu pun saat ia belajar berjalan. Pada saat inilah orangtua harus mampu memberi kesempatan untuk si kecil berlatih berjalan. Meski kemudian ia harus menangis karena jatuh, itu hal yang wajar saja. Dari "kesalahan-kesalahn" inilah kemudian si kecil akan mendapat pengalaman berharga untuk mematangkan dirinya. Sehingga akhirnya ia akan tumbuh menjadi anak yang mandiri seperti harapan Anda.


PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN USIA 1-2 TAHUN
  1. Membantu diri berpakaian.
  2. Mengenakan topi di kepala.
  3. Melepaskan topi.
  4. Mencoba mengenakan sepatu.
  5. Melepaskan kaos kaki.
  6. Membuka dan menutup resleting besar tanpa memasang pengaitnya.

Diambil dari : Parents Guide Magazine vol.VII No.12 September 2009

0 comments:

Post a Comment